Berfoto bersama beberapa peserta FesTIK Sinjai |
Internet jadi barang jamak di masa sekarang. Jangkauannya luas, bukan hanya di kota besar. Daerag yang jauh dari kota besarpun sudah mulai paham bagaimana menggunakan internet. Sinjai contohnya.
Sekira
sebulan yang lalu saya mendapat undangan dari panitia Festival
Teknologi Informatika (TIK) Sinjai. Isinya meminta saya jadi pemateri
dalam satu sesi FesTIK Sinjai yang digelar tanggal 22-24 Agustus 2013.
Undangan itu tentu saja saya sambut dengan gembira. Pertama karena saya
memang belum pernah ke Sinjai, kedua karena saya penasaran ingin tahu
seberapa besar penetrasi internet di kota berjarak sekisar 120 km
sebelah timur Makassar itu.
Saya memang baru berangkat menuju Sinjai pada hari kedua pelaksanaan acara, tepatnya tanggal 23 Agustus. Bersama Rara dari Mozilla ID dan Yossy Suparyo dari Gerakan Desa Membangun kami meninggalkan Makassar jam 14:00 siang. Rara dan Yossy kebetulan ikut mengisi acara dengan materinya masing-masing.
Tiba
di Sinjai malam sudah menggelayut. Kami menginap di Hotel Sinjai yang
ternyata berseberangan tepat dengan lokasi pelaksanaan acara FesTIK
Sinjai. Selepas makan malam saya baru sadar kalau ternyata di gedung
pertemuan di seberang hotel rangkaian acara FesTIK Sinjai masih
berlangsung. Ada puluhan anak-anak sekolah berseragam yang mengitari
beberapa teman mereka yang duduk berbaris di lantai. Di tangan anak-anak
yang melantai itu ada papan tulis dan spidol. Rupanya mereka peserta games jagoan
TIK yang konsepnya meniru acara kuis Rangking Satu di Trans TV. Hanya
saja pada games di FesTIK Sinjai, semua pertanyaan berhubungan dengan
komputer, internet dan teknologi komunikasi.
Saya tidak tahu
acaranya berlangsung sampai jam berapa, ketika meninggalkan tempat
pertemuan sekisar jam 22:00 acara masih berlangsung. Para peserta
terlihat masih antusias meski sebagian besar dari mereka masih
berseragam sekolah.
Keesokan harinya saya, Rara dan Irwin Day dari Nawala
berbagi dalam satu sesi yang sama di gedung utama. Di sebelah gedung
utama sudah ada Ahmad Nasir dari Jalin Merapi yang berbagi tentang
mitigasi bencana melalui internet. Tempatnya adalah warung kopi sehingga
suasana terkesan lebih santai dan tidak formil.
Rara bebagi tentang Mozilla dan Firefox |
Saya
berbagi tentang bagaimana memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan
potensi daerah, khususnya potensi wisata. Dilanjutkan dengan Rara yang
berbagi tentang Mozilla dan Firefox. Sesi hari itu ditutup dengan sharing dari Irwin Day yang mengajak peserta lebih berhati-hati dalam berinternet.
Antusiasme Peserta.
Ada
hal luar biasa yang saya temukan hari itu. Jumlah peserta sangat
lumayan untuk ukuran sebuah kota kabupaten. Sebagian besar adalah
anak-anak remaja berseragam sekolah. Mereka memang agak malu-malu ketika
diberi kesempatan berbicara atau bertanya, butuh kesabaran sampai
mereka benar-benar bisa merasa nyaman. Beberapa dari mereka bahkan bisa
memberikan pertanyaan yang kritis kepada kami pemateri.
Antusiasme
mereka makin terasa ketika selepas makan siang acara dilanjutkan dengan
sesi yang lebih santai. Rara berpindah ke warung kopi di samping tempat
acara. Di sana dia berbagi lebih jauh tentang Mozilla dan Firefox.
Mungkin karena suasananya yang lebih santai, para pesertapun terlihat
lebih rileks dan lebih antusias dari sebelumnya. Akibatnya acara yang
tadinya hanya diperkirakan berlangsung sejam, molor sampai 2 jam lebih.
Peserta Moztalk bersama Rara |
Dari
hasil ngobrol dengan beberapa panitia di malam hari saya mendapat kesan
kalau geliat teknologi informatika di Sinjai sudah berlangsung lama.
Relawan TIK Sinjai ternyata sudah eksis dan solid, begitu juga dengan
komunitas lain seperti komunitas pengguna Linux dan open source serta komunitas pengguna android. Beberapa bulan belakangan ini muncul komunitas baru, Komunitas Blogger Sinjai.
Dari
sesi Desa Membangun saya dapat kabar kalau sudah ada 68 desa yang siap
didampingi untuk menggunakan internet secara lebih intensif. Teman-teman
dari relawan TIK dan Blogger Sinjai sudah berkomitmen untuk mendampingi
mereka. Kabar yang menyenangkan tentu saja.
Saya membayangkan
beberapa tahun ke depan Sinjai akan lebih dikenal di Indonesia. Internet
bisa jadi salah satu penghantar informasi dari daerah yang selama ini
tidak terlalu terdengar namanya itu. Pengalaman 3 hari di Sinjai membuat
saya yakin kalau mereka benar-benar bisa mengambil manfaat dari
derasnya pengaruh internet di jaman sekarang.
3 hari di Sinjai
saya merasakan geliat TIK yang sangat besar. Suatu hari nanti kita
mungkin akan membaca banyak kabar gembira dari Sinjai. Kita tunggu saja.
Sumber : http://daenggassing.com